Setelah reda dengan hingar bingar AFF 2010, pecinta bola sesaat lagi akan disuguhi sebuah tontonan sepakbola yang menawarkan kualitas yang lebih baik dari yang sudah ada. Sepakbola tanpa APBD, sepakbola murni tanpa intrik politik yang jauh dari semangat Fair Play.
Tak dapat dipungkiri olahraga yang satu ini seolah memang menepikan cabang olahraga lainnya, dia serasa jadi anak emas. Sepakbola memang selalu menarik perhatian itulah sebabnya dia selalu jadi incaran para politisi yang egois dan bahkan hingga berani mengamputasi harapan masyarakat. Sedikit saja bergerak efeknya bisa membuat kaget. Baru masuk semifinal AFF saja sudah seperti itu apalagi Juara Dunia ?.
Saat mengantarkan teman belanja di sebuah pasar tradisional di daerah Rawamangun saya tertegun ketika ada anak kecil, perempuan pula merengek kepada ibunya untuk dibelikan jersey tim nasional Indonesia. Dia bilang : Mah.. yang ada Garuda di dada ya, yang Irfan saja. Entah berapa umur gadis itu, yang jelas tingginya belum lewat dari pinggang saya. Tamara Geraldine dalam kolomnya di Tabloid Bola edisi hari ini (03 Januari 2011) memberikan catatan menarik, jika sepakbola sudah memberikan pengaruh yang luar biasa seperti itu, kenapa tidak studi banding tentang sepakbola saja? Dengan sepakbola, Ind-ONE-sia menjadi SATU.
Kompetisi sepakbola yang berlangsung di negeri ini memang jauh dari sempurna meski mengalami peningkatan kualitas. Kerusuhan, saling curiga tentang independensi wasit dan sikut menyikut masih terasa. Otoritas sepakbola Indonesia (maaf saya alergi banget nulis P_S_ ) tentu yang jadi tersangka utama. Sosok sang ketua umum yang serasa menjadi musuh masyarakat nomor satu adalah pihak yang harus siap menerima caci maki. Dan hingga saat ini dia masih tetap berkuasa bahkan sepertinya punya niat untuk memperpanjang masa jabatannya. Saya saja bingung apa ya yang dia ingin pertahankan, jangan-jangan gajinya gedhe ya?…buat yang tahu besarnya gaji mereka mohon kasih tahu ke Saya dong.
Banyak pecinta bola yang menjadi ‘eneg’ dengan hal ini, dan diantara yang sudah ‘muak’ ini tampillah seseorang yang mempunyai uang banyak. Seorang pengusaha yang gila bola. Dia adalah Arifin Panigoro. Raja Minyak ini memimpikan sebuah kompetisi yang mandiri, tidak menggunakan uang rakyat dan tidak ada istilah ‘juara pesanan’, serta diisi pemain bintang yang berkualitas…marquee player.
Dia bukan orang baru, karena gelaran Liga Medco yang digunakan untuk pembinaan usia muda pernah digagasnya. Dia memang orang politik, tapi Saya yakin dia tidak akan mengorbankan reputasi ‘bersih’ nya dengan cara memanfaatkan sepakbola. Waktu yang bisa menjawab. Ini adalah sumbangsih yang bisa dilakukan demi kemajuan sepakbola kita. Sebuah nasionalisme dengan cara yang dia bisa. Tidak beda dengan penonton yang berjubel demi untuk sepucuk karcis meski nyawa taruhannya, tidak beda dengan anak kecil yang ingin baju Irfan Bachdim tadi, tidak beda dengan maskapai Garuda yang menyediakan ‘paket hebat’ ke bukit jalil, tidak beda dengan para pegawai yang rela dipotong gajinya karena harus cepat-cepat sampai GBK dan tidak beda dengan semangat pantang menyerah dari Nasuha. Jika sebenarnya semua elemen di negeri ini menginginkan kemajuan sepakbola kita, lalu mengapa sebuah organisasi yang seharusnya menjadi lokomotiv justru mengkerdilkan elemen yang lain? Bahkan mengurusi tiket saja tidak transparan. Tiket yang katanya hanya bisa dibeli dengan sistem on line ternyata dapat ditemukan di pasaran. Buat David Tobing, kayaknya lebih baik mengajukan gugatan tentang ini deh daripada mengajukan gugatan Garuda di dada.
Tahun 2010 ini sebenarnya adalah tahun anugerah buat sepakbola kita. Kita telah dipenuhi keberuntungan untuk dapat menjadi juara dunia tingkat ASEAN dalam Piala AFF untuk pertama kalinya. Kita menjadi tuan rumah, semifinal dua kali di Jakarta,tim lain tidak full team, Singapura sedang buruk dan bahkan malaysia banyak tampil dengan pemain muda dan kita main away dulu dalam partai final yg harusnya menguntungkan. Tapi sayang para pemimpin itu gagal menghadapi cobaan yg diberikan. Mereka tidak tahan untuk memanfaatkan sepakbola untuk kepentingan pribadi atau golongannya. Banyak yang bilang bahwa Tuhan tidak terlibat dalam hasil akhir sepakbola, tapi kalo menurut saya dalam Piala AFF ini Tuhan tetap menunjukkan kuasaNya. Karena jika Piala didapat maka akan banyak pihak yang mengklaim keberhasilan dan mereka akan semakin sombong dan jumawa. Tidak akan ada kenang-kenangan hingga akhir masa jabatan. DIJAMIN !!!
Di luar Piala tersebut sebenarnya kita menang kok, rakyat Indonesia dan pemain Tim Nas lah pemenangnya. Tidak perlu Piala. Pecinta sepakbola yang tulus telah mendapatkan trophynya sendiri. Kompak datang ke Stadion dengan baju merah, tidak rusuh, membeli tiket dengan uang sendiri, menyanyi kompak Indonesia Raya yang menggetarkan, meneriakkan Garuda di dada selama perjalanan pulang pergi ke bukit jalil dan tetap kompak kumandangkan ‘nurdin turun’. Pemain juga jadi pemenang, Nasuha bermain brilian heroik layak main di Eropa bareng Okto, Bambang menunjukkan kematangannya, Okto memberikan pelayanan di saat Natal dan Hamka seperti lahir kembali. Kita juara karena kita menang enam kali dan cuma kalah satu kali. Poin kita paling banyak. Kita semua senang dan mereka gagal dapat Piala untuk bahan kampanye. Impian mereka adalah bukan untuk membawa Tim Nas ke Piala Dunia, tapi membawa Tim Nas ke Pemilu 2014. Tuhan Maha Adil.
Napoleon Bonaparte mengatakan ‘A revolution is an idea which has found its bayonets’ , Arifin Panigoro mempunyai ide untuk memajukan sepakbola Indonesia dan bayonet yang dia gunakan adalah Liga Primer Indonesia. Dalam dunia bisnis dia memiliki sembilan komponen penting yaitu : intuisi, kesetaraan, kejujuran, percaya diri, jejaring, tanggung jawab, sumber daya manusia, inovasi, dan kepedulian. Mudah-mudahan ini dapat juga diimplementasikan. Saya iseng mengetik ‘dosa arifin panigoro’ di google dan ternyata tidak ada resultnya yang muncul justru dosa-dosa orang lain. Saya percaya orang seperti dia adalah orang yang tak pernah berhenti belajar dan Saya yakin saat ini dia sedang memulai sebuah pelajaran baru, pelajaran mahal tapi mungkin hanya dibiayai dari sebagian bunga deposito dia.
Oke, Selamat Datang Liga Primer Indonesia, selamat berjuang…,ah seandainya P_S_ dipimpin olehnya mungkin kita akan jadi lebih baik. Karena yang jelas dia tidak akan mencari uang disitu tapi justru akan lebih banyak berkorban seperti milyaran rupiah yang dia keluarkan untuk mewujudkan mimpi kompetisi bola yang lebih beradab. Uang yang dia miliki mungkin tak sebanyak konglomerat yang ada dibalik P_S_ , tapi mudah-mudahan dia lebih mempunyai ketulusan tanpa ambisi pribadi yang menyesatkan. Maju terus pak, jika ada niatan buruk dari pihak lain maka akan terlihat siapa yang sebenarnya sepakbola kita ingin maju dan siapa yang ingin sepakbola kita makin mundur. Kalo buat Saya, yang penting dimana ada bola disitu Saya berada. Hanya manusia aneh yang menghalangi sebuah kompetisi yang mempunyai lebih banyak manfaat bagi semua.
Buat Pak Arifin sebelum kompetisi dimulai jangan lupa untuk membacakan penggalan puisi kesayangan Bapak…’Dengan cinta setia sampai akhir hayatku aku bersumpah dari lubuh kalbuku bahwa jasadku dan apa milikku kupersembahkan padamu, wahai Tanah Airku’.
Maju Terus Sepakbola Indonesia!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar